Terbitan

Digitalisasi di Tengah Efisiensi: Transformasi Menuju Masa Depan

  • Penerbit KEDAULATAN RAKYAT
  • Tanggal Terbitan 02-05-2025
Digitalisasi di Tengah Efisiensi: Transformasi Menuju Masa Depan

Digitalisasi di Tengah Efisiensi: Transformasi Menuju Masa Depan

Oleh : Ariesta Damayanti, S.Kom., M.Cs.
Dosen Prodi : Informatika Universitas Teknologi Digital Indonesia
Bidang Penelitian & Keminatan : Kecerdasan Buatan, Pengenalan Pola, dan Machine Learning

      Efisiensi belakangan ini menjadi salah satu kata yang cukup akrab kita dengar. Pemerintah RI melalui Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2025 melakukan Efisiensi Belanja dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2025. Efisiensi dilakukan antara lain mencakup efisiensi biaya perjalanan dinas, alat tulis kantor, seminar, acara seremonial, honorarium, dan belanja lainnya. Kebijakan efisiensi anggaran ini tentunya akan berdampak langsung terhadap pola kerja serta sarana pendukung di berbagai kementerian dan lembaga. Dalam upaya menindaklanjuti kebijakan efisensi tersebut, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) mengeluarkan kebijakan baru yang memungkinkan Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk bekerja lebih fleksibel. Pola kerja fleksibel memungkinkan ASN untuk dapat bekerja secara Work From Office (WFO) maupun Work From Anywhere (WFA) atau secara global yang lebih dikenal dengan Flexible Working Arrangement (FWA). Pola kerja dengan metode fleksibel lokasi dan fleksibel waktu ini sebenarnya telah diterapkan pada masa pandemi Covid 19.

        Tentu saja salah satu kunci dari pelaksanaan FWA ini adalah pemanfaatan aplikasi dan media teknologi digital yang mendukung capaian kinerja. Mengadopsi digitalisasi membawa manfaat yang signifikan bagi perusahaan, baik dari segi efisiensi operasional maupun keberlanjutan lingkungan. Pertama, dengan mengurangi penggunaan kertas, kebutuhan penyimpanan fisik, dan ruang kantor, biaya operasional dapat ditekan. Perusahaan dapat menyimpan dan mengelola data secara elektronik, menghasilkan penghematan biaya yang substansial. Selain itu, digitalisasi memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan pengelolaan data. Dengan sistem manajemen data digital, data lebih mudah diorganisir, diakses, dan dianalisis. Analisis data yang efektif memungkinkan perusahaan mengidentifikasi tren dan pola yang mendukung peningkatan strategi bisnis dan operasional.

          Digitalisasi juga membantu mengurangi kesalahan yang sering terjadi dalam proses manual karena intervensi manusia. Misalnya, penggunaan perangkat lunak keuangan dapat meminimalkan kesalahan dalam perhitungan, sedangkan sistem manajemen inventaris secara otomatis dapat mengurangi kesalahan dalam pengelolaan stok. Dengan meningkatkan akurasi dan kehandalan data, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan. Menurut sebuah studi oleh McKinsey, otomatisasi proses bisnis dapat meningkatkan produktivitas hingga 25% dan mengurangi biaya operasional hingga 20%. Namun, efisiensi yang dihasilkan dengan digitalisasi ini tidak datang tanpa harga. Sejauh ini, penerapan FWA di Indonesia masih dihadapkan pada persoalan belum meratanya infrastuktur digital di seluruh wilayah Indonesia Karena berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Inodnesia hingga tahun 2024 masih ada 13% desa di Indonesia belum terkoneksi internet. Hal ini memperlebar jurang antara mereka yang dapat memanfaatkan teknologi dan yang tertinggal. Kesenjangan digital menjadi salah satu tantangan utama, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Selain itu, masalah keamanan siber semakin marak dan mendesak untuk ditangani. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat pada periode Januari-Agustus 2024 terjadi serangan siber atau anomali trafik internet di Indonesia sebanyak 122,79 juta dengan target antara lain data pribadi dan infrastruktur digital pemerintah.

          Kedepannya, digitalisasi yang berfokus pada efisiensi harus diimbangi dengan pendekatan inklusif. Program seperti Gerakan Nasional Literasi Digital yang menargetkan 9 juta talenta digital pada 2030 adalah langkah positif untuk meningkatkan sumber daya manusia di bidang digital dan dapat mendorong pimpinan perusahaan untuk mendorong digitalisasi di perusahaannya. Sehingga institusi pendidikan juga harus mempersiapkan kurikulum serta model pembelajaran yang mengarah pada peningkatan sumber daya manusia yang menguasai teknologi digital sesuai dengan kompetensinya. 

        Digitalisasi dan efisiensi adalah keniscayaan di era global ini dimana penggunaan teknologi digital menjadi komponen yang mendukung langkah-langkah efisiensi. Dengan memanfaatkan teknologi secara bijak, kita dapat menciptakan sistem yang lebih efisien, transparan, dan inklusif. Tidak dapat dipungkiri adanya resistensi terhadap perubahan dapat menghambat adopsi teknologi baru serta tidak adanya perencanaan yang matang dan komitmen untuk mengatasi tantangan menjadikan manfaat digitalisasi tidak akan merata. Dari semua hal yang terkait tantangan dan masalah yang ada tetap perlu dilihat bahwa peluang yang dihasilkan oleh teknologi digital, seperti peningkatan produktivitas, efisiensi dan inovasi, jauh lebih besar daripada resistensi dan tantangan tersebut. Saatnya kita bersama-sama membangun ekosistem digital yang tidak hanya cerdas tetapi juga berkeadilan untuk transformasi menuju masa depan.