Digitalisasi di Tengah Efisiensi: Transformasi Menuju Masa Depan
Oleh : Ariesta Damayanti, S.Kom., M.Cs.
Dosen Prodi : Informatika Universitas Teknologi Digital Indonesia
Bidang Penelitian & Keminatan : Kecerdasan Buatan, Pengenalan Pola, dan Machine Learning
Dosen Prodi : Informatika Universitas Teknologi Digital Indonesia
Bidang Penelitian & Keminatan : Kecerdasan Buatan, Pengenalan Pola, dan Machine Learning
Efisiensi belakangan ini menjadi salah satu kata yang cukup akrab kita dengar.
Pemerintah RI melalui Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2025
melakukan Efisiensi Belanja dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2025. Efisiensi
dilakukan antara lain mencakup efisiensi biaya perjalanan dinas, alat tulis kantor, seminar,
acara seremonial, honorarium, dan belanja lainnya. Kebijakan efisiensi anggaran ini
tentunya akan berdampak langsung terhadap pola kerja serta sarana pendukung di berbagai
kementerian dan lembaga. Dalam upaya menindaklanjuti kebijakan efisensi tersebut,
pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (Kemenpan RB) mengeluarkan kebijakan baru yang memungkinkan Aparatur
Sipil Negara (ASN) untuk bekerja lebih fleksibel. Pola kerja fleksibel memungkinkan ASN
untuk dapat bekerja secara Work From Office (WFO) maupun Work From Anywhere
(WFA) atau secara global yang lebih dikenal dengan Flexible Working Arrangement
(FWA). Pola kerja dengan metode fleksibel lokasi dan fleksibel waktu ini sebenarnya telah
diterapkan pada masa pandemi Covid 19.
Tentu saja salah satu kunci dari pelaksanaan FWA ini adalah pemanfaatan aplikasi
dan media teknologi digital yang mendukung capaian kinerja. Mengadopsi digitalisasi
membawa manfaat yang signifikan bagi perusahaan, baik dari segi efisiensi operasional
maupun keberlanjutan lingkungan. Pertama, dengan mengurangi penggunaan kertas,
kebutuhan penyimpanan fisik, dan ruang kantor, biaya operasional dapat ditekan.
Perusahaan dapat menyimpan dan mengelola data secara elektronik, menghasilkan
penghematan biaya yang substansial. Selain itu, digitalisasi memungkinkan perusahaan
untuk meningkatkan pengelolaan data. Dengan sistem manajemen data digital, data lebih
mudah diorganisir, diakses, dan dianalisis. Analisis data yang efektif memungkinkan
perusahaan mengidentifikasi tren dan pola yang mendukung peningkatan strategi bisnis
dan operasional.
Digitalisasi juga membantu mengurangi kesalahan yang sering terjadi dalam proses
manual karena intervensi manusia. Misalnya, penggunaan perangkat lunak keuangan dapat
meminimalkan kesalahan dalam perhitungan, sedangkan sistem manajemen inventaris
secara otomatis dapat mengurangi kesalahan dalam pengelolaan stok. Dengan
meningkatkan akurasi dan kehandalan data, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi
operasional secara keseluruhan. Menurut sebuah studi oleh McKinsey, otomatisasi proses
bisnis dapat meningkatkan produktivitas hingga 25% dan mengurangi biaya operasional
hingga 20%. Namun, efisiensi yang dihasilkan dengan digitalisasi ini tidak datang tanpa
harga. Sejauh ini, penerapan FWA di Indonesia masih dihadapkan pada persoalan belum
meratanya infrastuktur digital di seluruh wilayah Indonesia Karena berdasarkan data dari
Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Inodnesia hingga tahun 2024 masih ada
13% desa di Indonesia belum terkoneksi internet. Hal ini memperlebar jurang antara
mereka yang dapat memanfaatkan teknologi dan yang tertinggal. Kesenjangan digital
menjadi salah satu tantangan utama, terutama di negara berkembang seperti Indonesia.
Selain itu, masalah keamanan siber semakin marak dan mendesak untuk ditangani. Badan
Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat pada periode Januari-Agustus 2024 terjadi
serangan siber atau anomali trafik internet di Indonesia sebanyak 122,79 juta dengan target
antara lain data pribadi dan infrastruktur digital pemerintah.
Kedepannya, digitalisasi yang berfokus pada efisiensi harus diimbangi dengan
pendekatan inklusif. Program seperti Gerakan Nasional Literasi Digital yang menargetkan
9 juta talenta digital pada 2030 adalah langkah positif untuk meningkatkan sumber daya
manusia di bidang digital dan dapat mendorong pimpinan perusahaan untuk mendorong
digitalisasi di perusahaannya. Sehingga institusi pendidikan juga harus mempersiapkan
kurikulum serta model pembelajaran yang mengarah pada peningkatan sumber daya
manusia yang menguasai teknologi digital sesuai dengan kompetensinya.
Digitalisasi dan efisiensi adalah keniscayaan di era global ini dimana penggunaan
teknologi digital menjadi komponen yang mendukung langkah-langkah efisiensi. Dengan
memanfaatkan teknologi secara bijak, kita dapat menciptakan sistem yang lebih efisien,
transparan, dan inklusif. Tidak dapat dipungkiri adanya resistensi terhadap perubahan
dapat menghambat adopsi teknologi baru serta tidak adanya perencanaan yang matang dan
komitmen untuk mengatasi tantangan menjadikan manfaat digitalisasi tidak akan merata.
Dari semua hal yang terkait tantangan dan masalah yang ada tetap perlu dilihat bahwa
peluang yang dihasilkan oleh teknologi digital, seperti peningkatan produktivitas, efisiensi
dan inovasi, jauh lebih besar daripada resistensi dan tantangan tersebut. Saatnya kita
bersama-sama membangun ekosistem digital yang tidak hanya cerdas tetapi juga
berkeadilan untuk transformasi menuju masa depan.