Saatnya Kecerdasan Buatan (AI) Menjadi Rekan Programmer, Bukan Pengganti
Oleh : Badiyanto, S.Kom., M.Kom.
Penulis Buku & Dosen Prodi Informatika Universitas Teknologi Digital Indonesia
Bidang Penelitian & Keminatan Penulis : Teknologi Web & Sistem Terdistribusi
Di era digital ini, teknologi kecerdasan buatan (AI), muncul sebuah pertanyaan penting: apakah AI mampu mengambil alih peran programmer dalam proses pengembangan aplikasi? Meskipun AI menawarkan berbagai kemudahan dan manfaat dalam mendukung proses pembangunan perangkat lunak, pada kenyataannya, AI belum dan mungkin tidak akan pernah sepenuhnya menggantikan peran manusia dalam bidang ini. Terdapat sejumlah alasan mendasar mengapa keterlibatan manusia tetap dibutuhkan dalam merancang, mengembangkan, dan mengevaluasi aplikasi.
Setiap aplikasi yang dikembangkan tentu memiliki konteks bisnis dan tujuan yang unik. Sebagai contoh, sistem informasi untuk rumah sakit memiliki kebutuhan yang sangat berbeda dibandingkan dengan aplikasi belanja daring atau platform pembelajaran digital. Meskipun kecerdasan buatan (AI) mampu membantu dalam menulis bagian-bagian kode tertentu, AI tidak memiliki pemahaman mendalam terhadap kebutuhan spesifik pengguna, visi bisnis, maupun strategi jangka panjang dari suatu proyek. Dalam hal ini, peran seorang programmer sangat krusial. Terlebih lagi, programmer berpengalaman dapat berinteraksi langsung dengan klien, menggali kebutuhan secara menyeluruh, dan menerjemahkannya ke dalam rancangan sistem serta fitur-fitur yang sesuai. Kemampuan ini masih berada di luar kapasitas AI saat ini.
Lebih jauh lagi, pengembangan aplikasi bukan sekadar aktivitas menulis kode. Proses ini mencakup perencanaan menyeluruh, desain antarmuka pengguna, pemilihan arsitektur sistem yang tepat, hingga penyesuaian strategi ketika menghadapi berbagai tantangan teknis atau perubahan. Seorang programmer dituntut untuk berpikir secara kritis dan kreatif dalam menentukan teknologi yang digunakan, menyusun alur kerja yang ramah pengguna, serta mencari solusi ketika sistem menghadapi keterbatasan. AI memang dapat memberikan rekomendasi berdasarkan pola atau solusi yang umum digunakan, namun belum mampu menandingi intuisi, pengalaman, dan kreativitas manusia dalam membuat keputusan yang kontekstual dan tepat sasaran.
Contoh programmer: buatkan Query Builder pakai Laravel skrip SQL berikut:
SELECT id, nama_barang, satuan, stok, harga
FROM barang
ORDER BY nama_barang,
AI menjawab:
use Illuminate\Support\Facades\DB;
$barang=DB::table('barang')
->select('id','nama_barang','satuan','stok','harga')
->orderBy('nama_barang')->get();
Skrip SQL di atas kemudian dijadikan dasar oleh programmer untuk meminta bantuan kecerdasan buatan (AI) untuk mengubah ke kode program yang sesuai dengan Query Builder di Framework Laravel.
Dari kasus tersebut, bahwa peran kecerdasan buatan (IA) adalah membantu programmer dalam menuliskan kode program yang sesuai dengan permasalahan yang diajukan. Dalam hal ini, AI tidak menggantikan kemampuan analitis programmer, melainkan berfungsi sebagai asisten teknis yang menerjemahkan kebutuhan logika bisnis menjadi sintaks program yang tepat.
Namun demikian, untuk dapat menyusun pertanyaan atau permintaan yang relevan kepada AI, seorang programmer tetap harus memiliki pemahaman yang baik mengenai konsep basis data, struktur relasi, serta perintah dalam SQL. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi dengan AI bersifat kolaboratif, bukan otomatis, dan tidak dapat dilakukan secara efektif oleh orang awam tanpa latar belakang teknis. Dengan kata lain, kecerdasan buatan hanya dapat memberikan hasil yang akurat apabila diarahkan dengan pertanyaan yang tepat dan konteks yang jelas oleh pengguna yang kompeten.