AI dan Gen Z: Kombo Paling Nggak Masuk Akal Tapi Paling Nendang
Oleh : Basuki Heri Winarno, S.Pd., M.Kom.
Dosen Prodi : Sistem Informasi Akuntansi Universitas Teknologi Digital Indonesia
Bidang Penelitian & Keminatan Penulis : Komputer Grafis, Animasi & Game
Kata orang, Gen Z itu generasi tech-savvy. Hidupnya udah kayak plugin - nyambung terus sama teknologi. Mereka bisa paham cara kerja GPU, ngoding Python, bahkan ngerti tentang ray-tracing dan CUDA cores. Tapi, herannya, mereka masih bisa frustrasi cuma gara-gara kebalik nyolok flashdisk. Tiga kali. Padahal colokannya cuma dua sisi. Ajaib. Dan jangan tanya soal printer. Itu benda keramat. Kalau disuruh install driver HP LaserJet 400, langsung berubah jadi upacara adat digital yang hanya bisa diselesaikan oleh bapak-bapak berkaus oblong super sakti dari lab.
Dulu, bikin poster seminar butuh waktu tiga jam, dua aplikasi desain, dan satu sesi overthinking. Sekarang? Tinggal ketik di AI: “Desain poster seminar IT dengan nuansa futuristik.” Dalam hitungan detik, muncul lima opsi. Tinggal pilih, upload, jadi. Tapi ya gitu… kadang hasilnya terlalu kreatif sampai panitia lain nanya, “Ini mau bikin seminar IT atau konser DJ luar angkasa?”
Tapi jangan salah. Di balik stereotype “suka rebahan”, Gen Z itu kritis, kreatif, dan adaptif parah. Mereka bisa belajar coding dari meme, ngerti cloud computing lewat analogi laundry kiloan - semua ditumpuk di cloud, tinggal download pas butuh. Dan di dunia IT, Gen Z itu bukan takut coding - mereka bahkan bisa ngoding pakai Notepad, debug sambil dengerin lagu metal, dan ngasih nama file kayak: x_x_final_FIX_FINAL_beneran_OK1_yess.kt - karena ya, hidup memang penuh revisi.
AI sekarang juga udah nggak sekadar asisten. Dia udah kayak dosen killer - sekali nanya, jawabannya panjang, penuh referensi, dan teoritis. Waktu saya iseng nanya: “Kamu bisa bantu saya nulis tugas nggak?” Dia jawab: “Tentu. Apakah Anda menginginkan versi Harvard Style, APA, Sinta 1,2,3,4,5,6,7,8.9, atau yang langsung nyolong dari internet seperti biasanya?” Menyakitkan sih … tapi bener.
Atau saat kita lagi santai lalu minta: “Carikan berita terkini”. Dan Ai pun dengan sigap menjawab, mau pilih mana: “Roy Suryo apa mas-mas pelayaran.” Itulah.
Namun demikian, di antara semua kecanggihan ini ada juga kelompok GenZ yang menempuh jalur teknologi yang... berbeda. Contoh? Punya laptop i9, RAM 64GB, tapi cuma dipakai buat bikin simulasi apa jadinya kalau 100 T=Rex perang lawan 1 juta ekor ayam, atau 100 John Wick perang sama 1 juta zombie pemakan bayam. Atau install ChatGPT di HP, tapi dipakai ngobrol soal konspirasi kucing Illuminati. Atau mungkin pakai AI buat bikin puisi, temanya: “Nasi uduk tersesat di metaverse.”
Dunia sekarang memang udah nggak punya aturan main. Tapi justru dari sini muncul kombinasi paling absurd sekaligus paling berbahaya: AI + Gen Z. Mereka bisa bikin inovasi, bisa bikin aplikasi, dan bisa bikin konten super random kayak: “Simulasi interaksi antara SpongeBob, Goku, dan Ulul Azmi dalam format rap battle 144p.” Dan luar biasanya... ditonton dua juta orang. Komennya? “Gak ngerti konteksnya, tapi lucu banget.”
So, masa depan itu bukan buat yang paling serius. Tapi buat yang paling bisa ngakak sambil belajar. Dan tempat terbaik buat berkembang seperti itu adalah: Taraaaa - Universitas Teknologi Digital Indonesia TEMPATNYA GEN Z NGEGAS CERDAS
Kamu bisa belajar AI, ngoding, desain, editing, dan semua hal absurd yang dulunya cuma mimpi, sekarang bisa jadi kenyataan. Kurikulum kami update tapi yang paling penting ADA COLOKAN DI SEMUA MEJA. Karena kita tahu: “Tanpa charger, mahasiswa cuma hiasan ruang kelas.” Kampusnya aja pakai Wi-Fi yang bisa ngalahin router tetangga! #AntiBuffering #AntiBoring
Ini kuliah beneran, bukan cuma di reels atau FYP!!