Terbitan

Instagram vs TikTok: Platform mana yang Lebih Mujarab untuk UMKM Kuliner?

  • Penerbit KEDAULATAN RAKYAT
  • Tanggal Terbitan 10-10-2025
Instagram vs TikTok: Platform mana yang Lebih Mujarab untuk UMKM Kuliner?

Instagram vs TikTok: Platform mana yang Lebih Mujarab untuk UMKM Kuliner?

Oleh : Dixian Bhikuning, S.E., M.M.
Dosen Prodi : Manajemen Ritel Universitas Teknologi Digital Indonesia
Bidang Penelitian & Keminatan : Digital Marketing dan Perilaku Konsumen

Di tengah pesatnya transformasi digital, media sosial telah berevolusi menjadi instrumen pemasaran yang tak terelakkan, khususnya bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di sektor kuliner. Dua platform yang paling dominan dalam ekosistem ini adalah Instagram dan TikTok. Namun, pertanyaan strategis yang kerap muncul adalah: manakah yang benar-benar memberikan dampak lebih signifikan terhadap peningkatan penjualan?

Untuk menjawab pertanyaan ini secara objektif, tim peneliti dari Program Studi Manajemen Ritel, Universitas Teknologi Digital Indonesia (UTDI) Yogyakarta, melakukan kajian empiris secara simulasi terhadap 50 pelaku usaha makanan dan minuman. Penelitian ini menggunakan tiga parameter utama: Engagement Rate (tingkat interaksi pengguna), Reach (luas jangkauan konten), dan Conversion Rate (persentase audiens yang melakukan pembelian setelah melihat konten).

Temuan penelitian ini memberikan gambaran yang jelas dan terukur. TikTok mencatat kinerja unggul dalam hal interaksi dan konversi. Rata-rata Engagement Rate platform ini mencapai 8,7%, jauh melampaui Instagram yang berada di angka 5,2%. Angka ini mengindikasikan bahwa format konten TikTok—yang dinamis, autentik, dan seringkali bersifat spontan—lebih berhasil membangkitkan respons emosional dan partisipatif dari pengguna, baik berupa like, komentar, maupun share.

Di sisi lain, Instagram masih mempertahankan keunggulannya dalam hal jangkauan. Setiap unggahan di platform ini rata-rata menjangkau 12.000 pengguna, sedangkan TikTok mencatat angka 9.500. Hal ini menegaskan peran Instagram sebagai medium yang efektif dalam membangun kesadaran merek (brand awareness) secara luas, terutama melalui visual yang estetis dan fitur-fitur seperti Reels serta Stories yang terus diperbarui.

Namun, tolok ukur paling krusial dalam pemasaran digital adalah konversi—seberapa banyak penonton yang akhirnya menjadi pembeli. Nah di titik inilah TikTok menunjukkan superioritasnya. Conversion Rate TikTok mencapai 3,8%, lebih dari dua kali lipat dibandingkan Instagram yang hanya 2,1%. Analisis lanjutan juga mengungkapkan bahwa konversi merupakan faktor paling dominan dalam menentukan keberhasilan kampanye digital, diikuti oleh tingkat keterlibatan, dan terakhir jangkauan.

Implikasi praktisnya sangat jelas bagi para pelaku UMKM. TikTok sebaiknya dimanfaatkan sebagai platform utama untuk kampanye yang bersifat transaksional—konten yang dirancang untuk mendorong aksi langsung, seperti video proses pembuatan makanan, tantangan interaktif bersama pelanggan, atau testimoni pengguna yang memicu keinginan beli. Sementara itu, Instagram tetap relevan sebagai sarana membangun citra merek, menampilkan kualitas visual produk, serta memperluas basis audiens melalui narasi yang konsisten dan estetika yang kuat.

Strategi ideal bukanlah memilih salah satu platform, melainkan mengombinasikan keduanya secara sinergis. TikTok berperan sebagai “mesin penjualan” yang responsif dan viral, sementara Instagram menjadi “wajah merek” yang profesional dan membangun kepercayaan jangka panjang. Keberhasilan di era digital kini ditentukan bukan hanya oleh keaktifan di media sosial, tetapi oleh kemampuan membaca data, menganalisis perilaku konsumen, dan mengambil keputusan strategis berbasis fakta.

Bagi generasi muda yang ingin mendalami strategi pemasaran digital, pengelolaan bisnis berbasis teknologi, atau pengembangan solusi inovatif di era industri 4.0, Universitas Teknologi Digital Indonesia (UTDI) Yogyakarta menawarkan program studi yang relevan dan aplikatif, seperti Manajemen Ritel, Bisnis Digital, Informatika, Sistem Informasi, dan Teknik Komputer. Dengan kurikulum berbasis praktik dan dosen-dosen berpengalaman di dunia industri, UTDI siap membekali mahasiswa dengan kompetensi nyata yang dibutuhkan di pasar kerja maupun dunia kewirausahaan.