Tren Digital Marketing di Era 5.0
Oleh : Muhamamd Nurfaldi Hanafi, S.Kom.
Alumni Prodi S1 Informatika Universitas Teknologi Digital Indonesia
Pekerjaan : Founder Agensi Digital Mandiri
Era Society 5.0 membawa perubahan besar dalam cara bisnis, konsumen, dan teknologi saling berinteraksi. Jika sebelumnya digital marketing di era 4.0 berfokus pada otomatisasi dan efisiensi berbasis teknologi, maka di era 5.0 manusia kembali menjadi pusat. Teknologi seperti Artificial Intelligence (AI), Big Data, dan Internet of Things (IoT) bukan lagi sekadar alat, melainkan sarana untuk menciptakan pengalaman yang lebih personal dan relevan bagi konsumen. Salah satu tren utama digital marketing di era 5.0 adalah hyper-personalization. Melalui pemanfaatan data yang lebih cerdas, brand dapat memahami kebutuhan konsumen secara mendalam, bahkan sebelum mereka menyadarinya sendiri.
Misalnya, e-commerce kini mampu menawarkan produk yang sangat sesuai dengan preferensi pelanggan, berdasarkan riwayat belanja dan perilaku online mereka. Selain itu, integrasi antara dunia online dan offline menjadi semakin penting. Konsep phygital (physical + digital) membuat pengalaman belanja semakin seamless. Contoh nyatanya adalah toko offline yang terkoneksi langsung dengan aplikasi mobile, sehingga konsumen bisa mencoba produk di tempat lalu menyelesaikan transaksi secara digital tanpa hambatan.
Tren berikutnya adalah pemanfaatan AI dan chatbot untuk meningkatkan customer experience. Chatbot yang dilengkapi dengan teknologi Natural Language Processing (NLP) mampu merespons pertanyaan pelanggan dengan lebih natural, cepat, dan akurat. Hal ini mendukung pelayanan 24/7 sekaligus menurunkan biaya operasional bisnis. Video marketing juga tetap menjadi andalan. Di era 5.0, format konten video pendek seperti reels, shorts, atau live streaming semakin mendominasi. Konsumen lebih menyukai konten visual yang singkat, menarik, dan interaktif dibandingkan teks panjang. Live streaming khususnya, menjadi media efektif untuk membangu engagement sekaligus kepercayaan antara brand dan konsumen. Tidak kalah penting, isu keberlanjutan (sustainability) kini mulai menjadi pertimbangan utama konsumen.
Brand yang mampu menunjukkan komitmen terhadap lingkungan dan sosial akan lebih dihargai. Digital marketing pun diarahkan untuk menonjolkan transparansi, nilai, dan dampak positif perusahaan terhadap masyarakat. Kesimpulannya, tren digital marketing di era 5.0 menekankan pada keseimbangan antara teknologi canggih dan sentuhan manusiawi. Bisnis yang ingin bertahan dan berkembang harus mampu memanfaatkan AI, data, dan otomatisasi, tanpa melupakan aspek empati, etika, serta nilai yang relevan dengan konsumen. Dengan demikian, digital marketing bukan hanya sekadar strategi promosi, melainkan jembatan untuk membangun hubungan yang lebih bermakna antara brand dan pelanggan.
Selain tren yang sudah disebutkan, era 5.0 juga membawa perubahan dalam social commerce. Konsumen kini tidak hanya menggunakan media sosial untuk mencari inspirasi, tetapi juga langsung melakukan pembelian tanpa harus keluar dari aplikasi. Platform seperti TikTok Shop, Instagram Shop, dan marketplace yang terintegrasi dengan sosial media semakin mendominasi pola belanja generasi muda. Hal ini memaksa brand untuk menyesuaikan strategi konten mereka agar lebih interaktif, menarik, dan mudah diarahkan menuju konversi penjualan.
Kemudian, kolaborasi dengan micro-influencer menjadi semakin penting. Jika sebelumnya brand hanya fokus bekerja sama dengan influencer besar, kini banyak perusahaan memilih influencer dengan audiens kecil namun loyal. Kekuatan mereka terletak pada kedekatan emosional dengan followers, sehingga pesan brand lebih dipercaya dan mampu menghasilkan tingkat konversi lebih tinggi. Isu lain yang patut diperhatikan adalah keamanan data konsumen. Di tengah penggunaan big data dan AI, konsumen semakin sadar pentingnya privasi. Brand yang mampu menjaga kerahasiaan data, transparan dalam pengelolaannya, serta patuh terhadap regulasi akan lebih dihargai. Kepercayaan menjadi aset utama dalam membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Tidak hanya itu, integrasi omnichannel juga semakin relevan. Konsumen kini berpindah-pindah dari toko fisik, aplikasi, marketplace, hingga sosial media sebelum akhirnya memutuskan membeli. Oleh karena itu, brand harus menghadirkan pengalaman konsisten di semua kanal, agar perjalanan konsumen terasa menyenangkan dan tanpa hambatan.
Terakhir, era 5.0 menuntut nilai kemanusiaan dalam setiap strategi. Digital marketing tidak lagi semata soal iklan dan promosi, tetapi juga tentang bagaimana brand dapat memberikan solusi nyata, memberdayakan komunitas, serta membawa dampak positif bagi lingkungan. Bisnis yang mampu menghadirkan keseimbangan antara teknologi canggih dan empati akan menjadi pemenang sejati dalam persaingan pasar.