Terbitan

AI Global Roundtable: Kolaborasi 2 Negara untuk Belajar Bersama

  • Penerbit KEDAULATAN RAKYAT
  • Tanggal Terbitan 21-11-2025
AI Global Roundtable: Kolaborasi 2 Negara untuk Belajar Bersama

AI Global Roundtable: Kolaborasi 2 Negara untuk Belajar Bersama

Oleh: Siska Lidya Revianti, S.Pd., M.Hum.
Dosen: Bahasa Inggris Prodi Informatika Unversitas Teknologi Digital Indonesia
Bidang Penelitian dan Keminatan: Pendidikan, Pendidikan Bahasa Inggris (TOEFL & TESOL), Teknologi Pendidikan & Humaniora

Ada pengalaman yang tidak hanya terekam oleh ketikan seorang sekretaris, tetapi juga oleh hati seorang pendidik. Duduk di dalam ruangan AI Global Roundtable 2025, menyaksikan para panelis dari Indonesia dan Malaysia berbagi pengalaman, ide, dan pandangan secara intens, menjadi salah satu momen paling berharga dalam perjalanan saya. Di ruangan itu saya melihat bagaimana para pemikir dari berbagai latar belakang—akademisi, pemerintah, dan industri—bersinergi untuk membenahi dan membingkai harapan akan masa depan pendidikan di era AI. Sebagai sekretaris, saya mencatat. Sebagai pendidik, saya belajar. Dan sebagai manusia, saya bersyukur dapat hadir menyaksikan percakapan penting tersebut.

AI Global Roundtable merupakan salah satu sesi utama dalam rangkaian International Conference on ICT in Education (ICTE 2025), sebuah forum yang menempatkan teknologi sebagai bagian dari ekosistem pembelajaran yang tetap berpusat pada manusia. Forum ini menegaskan bahwa kemajuan AI harus berjalan seiring dengan nilai moral, etika, serta dedikasi dalam karya dan inovasi.

Diskusi yang berlangsung hangat menunjukkan bahwa baik Indonesia maupun Malaysia menghadapi tantangan serupa: infrastruktur yang belum merata, literasi digital yang perlu diperkuat, serta kebijakan yang belum selalu dapat diimplementasikan secepat laju inovasi. Namun justru dalam kesamaan tantangan itulah muncul optimisme baru. Para panelis percaya bahwa kolaborasi regional dapat menjadi jembatan untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut.

Dari perspektif akademik, tumbuh kesadaran bahwa teknologi AI bukan lagi sekadar alat bantu. Ia telah menjadi bagian dari sistem di berbagai institusi dan sektor kehidupan. AI kini hadir sebagai cara baru manusia berpikir, mengambil keputusan, dan mungkin akan menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup masa depan. Di tengah ketakutan dan kecemasan yang muncul akibat masifnya penggunaan teknologi AI, forum ini berhasil menumbuhkan kembali harapan bahwa AI dapat hadir sebagai mitra manusia—bukan ancaman. Energi positif itulah yang diharapkan dapat mendorong inovasi dalam pengembangan chatbot akademik, layanan publik berbasis data, platform pembelajaran adaptif, dan analitik pembelajaran untuk meningkatkan kualitas layanan di berbagai sektor, terutama pendidikan.

Dari sisi pemerintah, ditekankan bahwa regulasi top-down harus diikuti dengan peningkatan literasi digital masyarakat. Perlindungan data pribadi, etika digital, dan kesiapan menggunakan teknologi menjadi fondasi penting sebelum AI diterapkan secara lebih luas. Pemerintah, universitas, industri, dan masyarakat perlu bergerak bersama untuk membangun ekosistem digital yang aman dan nyaman bagi semua.

Panelis dari sektor industri menyoroti pentingnya membangun AI berbasis konteks lokal—AI yang memahami bahasa, budaya, dan kebutuhan masyarakat Indonesia maupun Malaysia. Langkah ini menjadi pondasi bagi kedaulatan teknologi: memastikan bahwa data, model, dan masa depan digital berada di tangan bangsa sendiri.

Menyimak seluruh rangkaian diskusi, saya merasakan bahwa AI Roundtable bukan hanya ruang bertukar gagasan, tetapi ruang menanamkan harapan baru. Forum ini mengingatkan bahwa masa depan pendidikan tidak hanya ditopang oleh kecerdasan teknologi, tetapi juga oleh kecerdasan moral dan kemanusiaan. Manusia sebagai ciptaan terbaik Tuhan yang memiliki cipta, rasa, dan karsa—hal-hal yang tidak akan pernah dapat sepenuhnya digantikan oleh mesin.

Penutup forum ini mengingatkan saya pada tiga nilai utama yang menjadi identitas Universitas Teknologi Digital Indonesia (UTDI): Digital, Global, dan Integrity. Melalui kolaborasi berkelanjutan dengan institusi seperti Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) dan berbagai pemangku kepentingan lainnya, UTDI terus berkomitmen menghadirkan pendidikan yang tidak hanya cerdas secara digital dan berwawasan global, tetapi juga menjunjung tinggi integritas. Karena masa depan pendidikan hanya dapat dibangun ketika teknologi dan kemanusiaan bergerak seiring—dengan sinergi, harapan, dan tujuan yang sama.